KOORDINASI RELAY PROTEKSI PADA FEEDER
DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
oleh
Desi Jayantri
(5101331001)
Program Studi Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik
Universitas Negeri Medan
E-mail: djayantri05@gmail.com
Abstrak.
Dalam
setiap sistem tenaga listrik selalu digunakan sistem proteksi atau pengaman
untuk mengantisipasi apabila terjadi gangguan. Sistem proteksi dan pengaman ini
diperlukan untuk memisahkan bagian yang mengalami gangguan dengan yang tidak
mengami gangguan sehingga sistem dapat menjalankan operasinya. Apabila
peralatan proteksi atau pengaman memberikan respon yang salah terhadap gangguan
maka terjadi tripping ikutan/palsu yaitu peristiwa yang menggambarkan kejadian
ketika suatu peralatan proteksi merespon/menanggapi secara salah atau tidak
diharapkan pada suatu kondisi atau keadaan sistem tenaga listrik yang sedang
mengalami gangguan. Tripping ikutan ini dapat terjadi pada peralatan pengaman
atau proteksi yang dihubungkan seri pada penyulang yang sama, sehingga apabila
terjadi gangguan pada penyulang tersebut maka dua atau lebih peralatan pengaman
pada penyulang itu akan mengalami tripping. Tripping ikutan juga dapat terjadi
pada penyulang penyulang lainnya pada bus yang sama.
Kata
kunci: Proteksi, , Tripping ikutan, Distribusi.
Abstrac.
The
Power system Electrical always used protection system to back up harassment.
Protection system need to segregate in harassment with not harassment avail to
operation system. Protection device when give response to harassment and then
sympathetic tripping. Sympathetic Tripping ensue in protection device the
connection with feeder the same, so that ensue harassment in feeder and then
two, or more than two device protection in feeder will tripping. Sympathetic
Tripping also get ensue in another feeders with bus the same The research get
minimal harassment in feeder because fault. Sympathetic Tripping with used
ground fault relay characteristic inverse time on fault phase to ground.
Key
Word : Protection, Sympathetic Tripping, Distribution
1. PENDAHULUAN
Permasalahan yang sering
dijumpai pada sistem ditribusi tenaga listrik antara lain pada penyulang 20KV, adalah
gangguan hubung singkat, baik menggunakan kawat udara (SUTM). Jika penyetelan
over current relay atau ground fault relay yang berada di incomong feeder atau
di out going feeder kurang baik, gangguan hubung singkat kadang-kadang dapat
men-tripkan relay yang berada di incomming feeder sehingga menyebabkan
pemadaman seluruh penyulang. Jika pada salah satu feeder terjadi hubung singkat
feeder yang lain ikut trip (simpatetik trip). relai kurang baik pada kasus yang
bertentangan dengan kasus di atas bila terjadi gangguan hubung singkat tripnya terlambat,
hal ini juga tidak boleh terjadi karena akan merusak peralatan sistem. Oleh
karena itu untuk keamanan sistem distribusi yang handal pada suatu penyulang
antara lain perlu untuk mendapatkan suatu nilai setting relay yang tepat
(sensitif dan selektif). Pada feeder sering terjadi kasus trip PMT pada hal
arus seting Relay belum terlampaui, menurut survey lapangan melalui operator
lapangan. Ada beberapa kemungkinan penyebab hal ini terjadi diantaranya:
perubahan karakteristik relay, perubahan impedansi saluran, perubahan
karakteristik beban, reaktansi, Transformator atau akibat kurang tepat analisa
arus hubung singkat saat awal setting. Pada kesempatan ini salah satu kemungkinan
penyebabnya diangkat sebagai permasalahan adalah menganalisa kembali arus
hubung singkat pada masing masing feeder untuk re-setting relay, yang
lebih tepat (selektif dan sensitif). Sementara itu analisa hubung singkat yang
dilakukan hanya satu phasa ke tanah untuk re-setting GFR.
1.1. Arus Gangguan Hubung Singkat
Pada sistem jarigan 20 kV yang dipasok dari suatu gardu induk
seperti gambar dan data dibawah ini maka :
Gambar 1.1 . Jaringan 20 kV Yang di Pasok dari GI
Pada bus 150 kV adalah bus yang dipasok dari pusat yang di
interkoneksi. Untuk ini diperlukan arus hubung singkat di sisi 150 kV. Perhitungan
arus hubung singkat pada sistem di atas, sebagai berikut :
1.
Dihitung besar impedansi
sumber (reaktansi), yang dalam al ini diperoleh dari data hubung singkat di bus
150 kV.
2.
Perhitungan reaktansi trafo
tenaga.
3.
Perhitungan impedansi
penyulang per 25%, 50%, 75% dan 100% panjang penyulang. Untuk lebih teliti
perhitungan impedansi dapat per 5 persenan atau 10 persenan dari panjang penyulang.
4.
Jadi data yang diperlukan
untuk perhitungan arus hubung singkat atau koordinasi relay, adalah :
a. MVAshort circuit dibus 150 kV
b. Data Trafo :
- Kapasitas trafo (MVA)
- Reaktansi urutan positif trafo (5)
- Ratio tegangan
- Mempumyai belitan delta atau tidak
- Ratio CT di incoming feeder
- Netral grounding resistance yang terpasang
c. Impedansi urutan positif dan nol penyulang
d. Arus beban di penyulang
e. Ratio CT di penyulang
Gambar 1.2 Ekivalen Impedansi incoming dan outgoing
1.2 Impedansi Penyulang
Impedansi
penyulang yang akan dihitung disini, tergantung dari besarnya impedansi per km
dari penyulang yang bersangkutan, dimana besar nilainya ditentukan dari
konfigurasi tiang yang dipergunakan untuk jaringan SUTM atau dari jenis kabel
tanah untuk jaringan SKTM. Z = (R+jX) ohm/km dan Z1 = Z2, dengan demikian nilai
impedansi penyulang untuk lokasi gangguan yang diperkirakan terjadi pada 5%,
10%, 15% s/d 100% panjang penyulang. Untuk menghitung Reaktansi Ekivalaen
dihitung besarnya nilai impedansi ekivalen urutan positif (Z1eq), impedansi
ekivalen urutan negative (Z2eq), dan impedansi ekivalen urutan Nol (Z0eq) dari titik
gangguan sampai kesumber.
Gambar 1.3 Ekivalen Impedansi Penyulang
Perhitungan
Z1eq dan Z2eq dapat langsung menjumlahkan impedansi-impedansi seperti gambar tersebut
diatas, sedangkan Z0eq dimulai dari titik gangguan sampai ke Trasformator
tenaga yang netralnya ditanahkan. Untuk menghitung impedansi Z0eq ini
dimisalkan Transpormator yang terpasang mempunyai hubungan Yyd, dimana
mempunyai nilai XT0 = 3*0,8 = 2,4 ohm. Nilai tahanan pentanahan : 3* RN
Z1eq
= Z2eq = Z s1 + ZT1 + Z1 penyulang
Perhitungan :
Z0eq
: Z0eq = ZT0 + 3RN + Z0 penyulang
1.3 Rele Arus Lebih (Over Current Relay)
Rele
arus lebih yaitu rele yang bekerja berdasarkan adanya kenaikan arus yang
melebihi suatu nilai pengaman tertentu dan jangka waktu tertentu. Fungsi utama
dari rele arus lebih ini adalah untuk merasakan adanya arus lebih kemudian member
perintah kepada pemutus beban (PMT) untuk membuka. Pengaman dengan menggunakan
rele arus lebih mempunyai beberapa keuntungan antara lain:
·
Pengamannya sederhana
·
Dapat sebagai pengaman
cadangan dan pengaman utama
·
Harganya relatif murah
Jenis
jenis reley arus lebih ini menurut karakteristik kerjanya inverse dan instantaneous
dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1.4 Karakteristik over current relay tipe invers untuk
saluran distribusi
Secara
umum pemakaian rele arus lebih sebagai proteksi hubungan singkat dan
keadaankeadaan tidak normal pada operasi sistem distribusi tenaga listrik
komponennya dapat dilihat pada gambar dibawah
Gambar 1.5 Diagram sutu garis perangkat proteksi OCR
Dengan piranti proteksi adalah sebagai berikut:
1. Transformatur arus (CT)
2. Circuit Breaker (CB)
3. Rele
4. Batere
5. Tripping Coil (TC)
1.4 Tms Ground Fault Relay (GFR)
Untuk mendapatkan nilai setting GFR diperlukan data dan analisa
besarnya arus gangguan hubung singkat 1 Fasa ke tanah menurut persamaan:
Di mana:
I = arus gangguan 1 Fasa ke tanah yang dihitung
V=tegangan fasa-netral sistem 20kV = 20.000/ 3
Z1=Impedansi Urutan Positif yang diperoleh dari perhitungan
Z2=Impedansi Urutan Negatif yang diperoleh dariperhitungan
Z0=Impedansi urutan nol yang diperolah dari perhitungan
Atau: If 1 fasa ke tanah = 3 * Io (5)
Maka arus gangguan hubung singkat 1 Fsa ke Tanah dapat dihitung:
Di
mana Nilai NGR adalah nilai thermal resistance of neutral grunding resitance of
transformator 12 Ohm. Perhitungan ini dilakukan untuk lokasi yang di asumsikan
gangguan terjadi mulai !%, 5%, 10%, 15%, 20%, dan seterusnya dengan kenaikan 5%
sampai dengan 100% panjang jaringan.
1.5 Tms GFR pada Out Going Feeder
Untuk
setting GFR diambil dari arus gangguan hubung singkat 1 Fasa ke tanah yang
terkecil pada 100% panjang jaringan. Untuk mengantisifasi tahanan yang tinggi
yang diakibatkan penghantar fasa bersentuhan dengan benda lain yang menimbulkan
tahanan tinggi, yang akan menyebabkan arus gangguan hubung singkat menjadi
kecil, maka arus setting primer dikalikan dengan konstanta 0,06 s/d 0,1, maka
persamaan Iset primer menjadi
I
set primer = 0,1*If 1fasa terkecil, Dan
Iset
sec = I set primer * 1/ratio CT
Setting waktu relay standard Invers dihitung dengan menggunakan
rumus kurva waktu Vs arus, yang dalam hal ini akan digunakan standard Britis
maka:
1.6 Setting GFR Incoming Feeder
Untuk
mendapatkan sensitivity setting relay cadangan pada Incoming maka diambil nilai
konstanta yang lebih kecil dari out going feeder, disini diambil 0,07 maka:
I set primer = 0,07 * If1 fasa (9)
I set sec = I set primer * 1/ratio CT (10)
2 . METODELOGI
2.1 Metode Pengambilan Data
Metode
pengambilan data dilakukan dengan observasi langsung ke lapangan PT. PLN (
Persero ).Terhadap data yang diperoleh dilakuakn pengolahan, perhitungan untuk
mendapatkan nilai impedansi saluran dan arus hubung singkat 1 phasa ke tanah, untuk
keperluan koordinasi relai proteksinya; tidak hanya pada titik gangguan tetapi
juga pada konstribusi arus dari sumber yang mengalir ke titik gangguan.
2.2 Metode Analisa Data
Metode analisa data adalah dengan menggunakan data - data pada
Gardu Induk Salak dan penyulangnya, dengan materi kajian terdiri dari :
1.
Menghitung besar impedansi
sumber ( reaktansi ), yang dalam hal ini di peroleh dari data hubung singkat di
Bus 150 kV.
2.
Menghitung reaktansi trafo
tenaga.
3.
Menghitung impedansi pada
masing - masing penyulang dan besarnya nilai impedansi eqivalen pada masing –
masing penyulang.
4.
Dan melakukan perhitungan
sesuai dengan koordinasi relay gangguan tanah (Ground Fault Relay)
Adapun jalannya dilakukan menurut diagaram alir dibawah ini:
3. PEMBAHASAN
Dalam mengkoordinasikan kerja rele proteksi berkaitan dengan karakteristik setelan waktu
kerja OCR dan GFR diperlukan perhitungan arus hubung singkat serta kordinasi
rele, maka diperlukan data-data dari sumber, trafo tegangan dan data penyulang
sebagai berikut :
Gbr 3.1 Single line diagram
Tabel 3.1 Data
Tabel 3.2. Arus Hubung Singkat 1 fasa ke
tanah
Setting relai OCR dan GFR kondisi
Existing.
4. KESIMPULAN
Dari
hasil pembahasan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Salah satu yang menyebabkan tripnya incoming karena adanya arus
capasitif pada masing-masing penyulang (feeder) maka perlunya setingan arus dan
waktu pada masing-masing relai
5. DAFTAR PUSTAKA
·
Djiteng Marsudi, 1990, “Operasi
Sistem Tenaga Listrik,” Institut Sains dan Teknologi Nasional Jakarta.
·
EC Measurements, 1975,
“Protektive relays application quide,” p.l.c of England
·
Jemjem Kurnain , Syofvi
Felienty, 2001. “,Proteksi Sistem Tenaga Listrik Jawa Bali”, Materi
Kursus Sistem Proteksi Jawa Bali Jakarta, PT. PLN
·
Lokakarya Bidang Proteksi
UDIKLAT, Semarang. PT. PLN Kantor Pusat Direktorat Pengusahaan Kerjasama
dengan PT. PLN (Persero) PUSDIKLAT,1995.
·
Pribadi Kadarisman, Wahyudi
Sarimun.N,2005. ”Proteksi Sistem Distribusi Untuk system Interkoneksi,”PT.
PLN
·
Soekarto, J. Proteksi
Sistem Distribusi Tegangan Menengah. LMK PT. PLN (Persero).
·
William D. Stevenson,
Jr.1993”Analisa Sistem Tenaga Listrik edisi ke-empat,”Erlangga, Jakarta.
·
Zulkarnaini, Al, ” Analisa
setting Grund Foult Relai (GFR) untuk gangguan satu fasa ketanah pada Feeder 20
kV jurnal unila 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar